Ponsel masa kini tak hanya menyediakan layanan teks dan suara. Dalam beberapa tahun perkembangannya, ponsel akhirnya bisa mewakili komputer dalam penggunaannya, termasuk untuk mengakses internet. Pada kenyataannya, kita telah bergantung pada internet untuk berbagai kegiatan mulai dari sekedar mencari informasi hingga bersosialisasi. Karena itu pula timbul sebuah momok baru, terutama di kalangan remaja, yang berhubungan dengan kemudahan mengakses internet melalui ponsel yaitu ketakutan akan informasi mengenai diri mereka tersebar ke dunia maya.
Steven Carrick-Davies, CEO dari Internet Charity Childnet International, membuat sebuah film tentang para remaja yang berbagi pengalaman mereka mengenai bagaimana rapuhnya mereka ketika menggunakan media-media sosial melalui ponsel. Inti dari film tersebut adalah ketakutan yang mulai muncul ketika apa yang seharusnya menjadi rahasia seseorang pada akhirnya tersebar ke publik.
Para ahli yang ikut mewawancarai para remaja itu menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan dengan ponsel tersebut mempunyai makna yang lebih bagi para remaja tersebut. Ponsel dianggap bisa memfasilitasi mereka dengan memberi identitas untuk bisa terhubung dengan yang lain. Ponsel kini telah berkembang mulai dari sekedar untuk telepon dan SMS menjadi sebuah mesin canggih dengan layanan pesan pribadi, seperti BlackBerry Messenger, dan fitur yang hanya ada di jejaring-jejaring sosial untuk menunjukkan eksistensi mereka seperti Poke atau Ping.
Sayangnya, kemampuan ponsel ini justru mengungkung para remaja di dalam dunianya sendiri, terutama mereka yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah, dukungan dari orang tua yang kurang, hingga mereka yang kecanduan alkohol atau narkoba. Dunia maya tersebut terasa lebih bisa mengakomodasi mereka dibandingkan dunia nyata.
Remaja-remaja yang mengimbangi kehidupan maya mereka dengan kehidupan sosial yang nyata mungkin dapat bertahan dan pada akhirnya menjadi semacam amfibi yang bisa berinteraksi dan bersosialisasi secara normal. Tapi tidak dengan jenis remaja seperti yang tersebut di atas.
Di Amerika, permasalahan 3R (Reading, wRiting, aRithmetic) pun mempunyai jenjang yang lebih tinggi dan tak hanya sekedar bermakna literal ketika dihubungkan dengan internet. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan dan dukungan dari siapapun untuk bisa melindungi mereka dari ancaman dunia maya tersebut. Internet yang seperti dunia tanpa batas tak berbeda dengan dunia nyata dengan resiko yang harus ditanggulangi dan juga diminimalisir melalui pengajaran tentang kestabilan emosi dan kemampuan bersosialisasi ketika masuk ke dunia maya.
Sumber: Guardian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar