Monday, March 05, 2012 11:06:35 AM
Saya kepingin cerita mengenai pengalaman saya, pengalaman yang biasa saja memang, namun saya rasa luar biasa pesan yang ada dibalik pengalaman ini.
Sejak saya kecil saya tidak suka memakan cabe rawit hingga saya mengalami kejadian ini, pada awalnya ketidak sukaan saya dengan cabe rawit karena terlalu pedas sekali (ini saya percayai karena kata-kata orang tua saya), namun selama ini saya bukannya tidak suka dengan makanan yang pedas-pedas, saya menyukainya namun saya lebih suka memakan sambal atau saus dari pada harus memakan cabe rawit untuk menambah rasa pedas, bahkan suatu ketika saya pernah mengalami sakit perut setelah makan di rumah makan padang dan waktu itu saya kebanyakan makan sambalnya.
Pada awalnya begini sewaktu saya SD kalau tidak salah sekitar kelas 1 atau kelas 2 SD, sewaktu itu saya dan keluarga saya bersama-sama memakan goreng-gorengan yang ada bakwannya, lalu goreng pisang, rosoles, pastel dan lain-lainnya yang tidak semua saya tahu namanya, mungkin lupa.
Sewaktu itu gorengan yang di beli tersebut tanpa disertakan sambal, yang biasa di berikan dengan bungkusan kecil yang berbeda, yang ada hanya sekitar ½ ons cabe rawit. Sebelum-sebelumnya pun saya belum pernah makan cabe rawit secara langsung, kalaupun makan gorengan saya dulu memakannya dengan cabe merah, yang biasa digunakan ibu saya untuk membuat sambal. Saya memakannya secara langsung seperti memakan cabe rawit biasa.
Mau apalagi, saya memang suka makanan yang pedas-pedas, namun tidak suka cabe rawit apalagi saat itu memakan gorang-gorengan yang memang lebih enak dimakan dengan rasa yang pedas baik karena cabe rawit ataupun saus sambal. Gak enak rasanya ketika saya memakan gorengan tersebut tanpa rasa pedas. namun karena rasa penasaran dan ditambah kurang sedap rasanya bila gorengan itu tidak pedas, maka saya beranikan memakan cabe rawit yang tidak pernah saya makan sebelumnya. Dan apa yang terjadi, lidah saya serasa merasakan sensasi yang luar biasa yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya, pedas banget. Ahhk tidak tahan rasanya, dan satu lagi pedasnya itu loh yang tidak merata pada seluruh lidah, hanya beberapa sudut lidah saja yang merasa kan pedas yang luar biasa. Begitu luar biasa rasa pedas itu saya rasa sewaktu itu, menyebabkan air mata saya keluar dan bercucurannya keringat saya.
Cabe rawit tak sepedas dengan apa yang aku pikirkan selama ini. |
Sumber gambar : dwikiprasetya.blogspot.com
Yah.. bertahun-tahun berlalu sejak kejadian itu, tidak pernah lagi saya memakan cabe rawit, namun saya tidak berhenti makan-makanan yang pedas, saya tetap memakan makanan yang pedas. hingga akhirnya ketika saya kelas 3 SMA di sebuah acara seminar, ketika itu ditengah-tengah seminar semua peserta dikasih snack, dan ketika saya buka isinya memang standar saja, sebuah rosoles dan cabe rawit, plus ditambah sebuah kue lapis legit dan air mineral. Wah ada rosolesnya namun tidak disediakan saus atau sambal, yah.. itu selalu yang ada dalam pikiran saya ketika saya mendapat snack yang ada gorengannya semisal rosoles atau pastel atau apalah, yang ada hanya cabe rawit.
Mengingat kejadian yang sama alami dulu ketika SD, jadi ketika saya mendapat snack itu saya lebih memilih untuk memakannya tanpa rasa pedas, atau dalam kata lain saya tidak memakan cabe rawitnya, namun ketika seminar itu, diberi snack saya berubah pikiran ketika melihat teman disekitar saya yang begitu menikmati sensasi pedasnya cabe rawit, akhirnya saya memberanikan diri untuk memakan cabe rawit tersebut.
Entah apa yang ada didalam pikiran saya saat itu, saya takut mengalami kejadian yang sama ketika saya alami di SD dulu, apalagi mengalaminya disebuah acara seminar yang formal ini, namun di lain sisi saya sudah lupa gimana gregetnya saat memakan cabe rawit, yang ada di pikiran saya hanya mengingat rasa pedas yang luar biasa, namun sesungguhnya saya tidak tahu lagi bagaimana rasa pedasnya itu. Otak saya seperti sudah ter setting selama bertahun-tahun bahwa cabe rawit sangat pedas, dan saya tidak mampu menahan rasa pedasnya.
Akhirnya pun saya memakannya, diawali dengan satu gigitan rosolesnya lalu diikuti dengan cepat gigiitan dari cabe rawit dengan maksud dan harapan agar lidah saya tidak merasakan pedas itu. Dan jreng-jreng apa yang terjadi, saya tidak merasakan pedas sama sekali, ini serius, maksud saya pedasnya itu terlalu greget banget. Gak ada rasa pedas yang berarti yang saya rasakan di mulut saya, pada gigitan kedua setelah rosoles pada gigitan yang pertama habis, saya hanya menggigit cabe rawitnya tanpa memakan rosolesnya sedikit pun, ini untuk meyakinkan bahwa memang benar kalau cabe rawit itu tidak terlalu pedas, hah gigitan kedua inipun tidak terlalu terasa pedasnya , hanya seperti serangan kecil pada mulut saya ketika saya memakan cabe rawit tersebut.
Saya sempat terhenyuk memikirkan sesuatu, setelah snack yang ada ditangan saya habis. Dalam pikiran saya, saya tertipu oleh pikiran saya sendiri, atau tertipu dengan pengalaman pahit. Yah saya merasa malu sekaligus menyesal, saya malu karena bertahun-tahun saya dibodohi oleh paradigma didalam pikiran saya yang tercetus saat saya SD, namun pada akhirnya itu tidak terlalu benar. Saya menyesal ketika mungkin ratusan snack yang pernah saya makan di setiap acara, saya memakannya tanpa rasa pedas, atau hanya dengan rasa hampa gorengan. Dalam pikiran saya pun saya terpikir bahwa, betapa saya di butakan oleh sebuah pemikiran yang kolot, yang seharusnya dengan berjalannya waktu dapat diubah, namun tidak berubah karena saya tidak mau mencoba.
Saya mendapat pelajaran yang berarti dari kejadian ini, betapa beratnya sesuatu itu bila kita tidak mencoba, jangan hanya termakan oleh paradigma, kita harus mencobanya, dan yakinlah kalau memang benar kita bisa melakukannya. Semua hal akan terlihat sulit dalam pikiran dan pandangan kita, sama seperti cabe rawit yang selama bertahun-tahun saya rasakan sangat pedas dalam pemikiran saya. namun ketika saya mencobanya, saya sadar, kalau itu sebenarnya tidak ada apa-apanya. Dan pekerjaan, masalah atau apalah, akan terlihat lebih mudah ketika kita mengerjakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar