Selasa, 09 Oktober 2012

He Dreamer, the Critic & the Realist





He Dreamer, the Critic and the Realist ~ Bisakah kita membayangkan dunia tanpa sosok Walt Disney? Mungkin kita tidak akan pernah mengenal ikon-ikon lucu seperti Mickey Mouse, Donald Bebek, Putri Salju dan lain sebagainya. Yang jelas masa kecil kita tidak lebih indah tanpa kehadiran tokokh-tokoh animasi tersebut.

Dengan tokoh-tokoh itu, Disney mampu mengantarkan kita kedunia hiburan yang sangat mempesona. Penuh impian. Bahkan Disney menjadi salah satu raksasa bisnis dunia dengan keuntungan US$ 1,3 milyar.

Sulit membayangkan membayangkan emporium bisnis itu dipelopori oleh seorang yang pernah drop out dari sekolahnya, Walt Disney. Bahkan dalam hidupnya, Disney mengalami kebangkrutan sampai menguras uangnya sampai sebanyak empat kali. Membuatnya mengalami bencana keuangan dan guncangan bisnis yang cukup hebat.

Namun keajaiban terjadi, Walt Disney tidak pernah patah arang. Ia mampu mengubah tokoh-tokoh binatang di garasi mobilnya menjadi mahabintang animasi yang luar biasa. Tikus garasi diubahnya menjadi Mickey Mouse yang melegenda itu.

Keajaiban Disney terletak pada kemampuannya melakukan sebuah proses yang disebut Imageneering. Istilah ini dikembangkan Walt Disney pada 1967, berasal dari dua buah kata, imagination dan engineering. Proses imageneering inilah yang menjadi kunci sukses Disney, ini menjadi urat nadi Research and Development (R&D) mereka.

Kunci imageeneering juga terungkap oleh salah satu tokoh penting di Disney, menurutnya, ada 3 tiga sisi penting pada Walt Disney yang muncul pada rapat setiap harinya. Ketiganya adalah si Pemimpi (the dreamer), si Perencana Nyata (the realist), dan si Pengkritik (the critic).

“Nah, kadang kita tidak tahu siapa yang sedang kita temui dalam meeting saat itu,” katanya.

he Dreamer, the Critic & the Realist



Bagaimana kita bisa menggunakan jurus ampuh Walt Disney untuk kesuksesan diri dan bisnis kita? Melalui teknologi NLP (Neuro Linguistic Programming), kitapun mampu mengaplikasikan imageneering itu dalam diri kita untuk menggapai kesuksesan.

Pertama kali dikembangkan oleh Robert Dilts, proses imageneering itupun bisa kita terapkan. Menurut Robert Dilts, proses itu merupakan kunci penting dalam memecahkan masalah dan mengubah mimpi-mimpi menjadi kenyataan

Singkatnya dalam diri kita masing-masing, kita mampu membangunkan ketiga jiwa yang juga dimiliki oleh Walt Disney, yaitu the dreamer, the realist, dan the critic. The dreamer merupakan jiwa kita yang penuh kreativitas, penuh mimpi dan inovasi. Jangkauan pemikirannya luas. Tidak terbatasi oleh batas-batas dan kelemahan. Imajinasi terbentang menembus batas-batas. Tengok saja lirik lagu Imagine dari John Lennon, lirik lagu itu mengungkapkan diri seorang dreamer sejati. Kitapun perlu membangunkan jiwa pemimpi yang memampukan kita menyongsong masa depan dengan optimistis.

Lalu, ada pula the realist yang merupakan bagian diri yang bertugas untuk memikirkan secara membumi, membuat rencana yang realistis, dan konstruktif. Inilah sang eksekutor yang akan mengubah mimpi menjadi kenyataan.

Ada juga the critic dalam jiwa kita untuk mengetes dan menguji apa yang sudah direncanakan. The critic juga menciptakan berbagai skenario baru jika apa yang dipikirkan tidak berjalan dengan semestinya.

Normalnya, tidak ada orang yang mampu kuat diketiganya. Tapi untuk menggapai kesuksesan, kita membutuhkan ketiganya. The realist dan the critic tanpa the dreamer, akan menghasilkan self sabotage, artinya - jalan ditempat – lantaran tidak tahu harus melangkah kemana.

The dreamer dan the critic tanpa the realist akan menimbulkan pertentangan batin yang luar biasa antara impian dengan dan kritik-kritik. Sebaliknya the dreamer dan the realist tanpa the critic justru akan menghasilkan rencana tanpa antisipasi. Ketiganya harus berjalan seiring.

He Dreamer, the Critic and the Realist ~ Bagaimana kita bisa menerapkan model imageneering ini untuk pencapaian cita-cita. Paling sederhana, mulailah sebagai the dreamer untuk menggali hasrat inti kita yang paling dalam. Hasrat inti ini menjawab apa yang kita inginkan dan juga ide-ide yang terbersit untuk mewujudkannya.

Salah satu pertanyaan pembantu bagi the dreamer adalah “Seandainya kamu mempunyai waktu serta sumber daya yang tak terbatas untuk mewujudkan cita-citamu, apakah ide-ide yang ingin kamu wujudkan?” Selanjutnya setelah setelah membuat ide-ide, langkah berikutnya adalah membuat rencana kongkret. Inilah saatnya mengenakan jubah the realist.

Logikanya, perlu memperhitungkan waktu, apa saja yang dibutuhkan, dan langkah-langkah merealisasikannya. Langkah terakhir, mengantisipasi apa yang mungkin menjadi kendalanya. Disinilah kita bisa membuat plan B atau plan C, seandainya yang kita pikirkan tidak terealisasikan.

Dengan ketiga itu, keajaiban akan muncul dalam hidup kita. Kita akan mampu mengubah segala mimpi-mimpi kita menjadi kenyataan. Dunia mimpi menjadi dunia kenyataan. Dan mimpi akan kesuksesan pun berubah menjadi kesuksesan secara Nyata.

He Dreamer, the Critic and Realist ~ Intinya, kita harus bisa membuat ketiga elemen jiwa tersebut bisa tumbuh seimbang didalam jiwa kita, jangan satu elemen lebih dominan dari lainnya.


(Anthony Dio Martin, MBI 12/08/07)



You may say I’m a dreamer, but I’m not the only one

I hope someday you’ll join us.

And the world will be as one.

(Imagine – John Lennon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar