Sabtu, 24 Desember 2011

39% User Pakai Smartphone di Kamar Mandi




Sebuah survey yang digelar di Amerika oleh Google dan perusahaan market research Ipsos OTX menjawab pertanyaan tentang penggunaan smartphone dan bagaimana pengaruhnya terhadap konsumen. Survey tersebut melibatkan 5.013 smartphone Internet user dewasa, dan digelar pada akhir tahun 2010.

Ternyata sebagian besar pemilik smartphone menggunakan pirantinya itu di rumah yakni sebanyak 93%; dan 81% memakainya untuk browsing. Kemudian sebanyak 77% melakukan pencarian lewat ponselnya tersebut, dan sebesar 72% menggunakannya saat sedang mengkonsumsi media lain.

Diketahui sebanyak sepertiga dari pengguna smartphone menggunakan ponselnya ketika menonton TV. Sementara itu 45% mengaku memakai smartphone-nya untuk membantu mereka dalam merencanakan kegiatan sehari-hari, seperti meeting, melakukan perjalanan hingga keuangan. Akan tetapi lucunya adalah sebanyak 39% mengaku bahwa mereka memakai smartphonenya saat di kamar mandi.

Beralih ke aktivitas lain, ternyata aktivitas pencarian (searching) masih menduduki peringkat pertama kegiatan yang paling sering dilakukan orang dengan ponsel cerdas mereka. Sebanyak 77% menjawab hal itu.

Dan dari semua pencarian yang dilakukan, News (57%) paling banyak diburu, diikuti Dining (51%), Entertainment (49%), Shopping (47%), Technology (32%), Travel (31%), Finance (26%) dan Automotive (17%).

Dengan melakukan pencarian di ponsel, ternyata pengguna tidak berhenti sampai di situ. Pencarian inipun lantas berujung pada pembelian, sebanyak 53% dari responden mengakui hal tersebut. Selain pembelian, sebanyak 24% mengaku merekomendasikan brand atau produk ke temannya berdasarkan hasil searching di smartphone. Kemudian sebanyak 53% melanjutkan pencarian online di komputer untuk menggali lebih banyak informasi.

Dalam hal pembelian, smartphone memang telah lama menjadi alat belanja. Survey tersebut melaporkan, sebanyak 79% responden memakai ponsel cerdasnya untuk membantu mereka shopping dan 70% memakainya saat ada di toko. Hasil lain yang didapat dari survey Google tersebut ialah bahwa user biasanya memberi perhatian pada mobile advertising. Sebanyak 71% dari user diketahui melakukan pencarian di smartphone karena iklan yang mereka lihat, baik itu dari tradisional media, iklan online atau iklan mobile.
Sumber: Techcrunch

Keberadaan Situs Jejaring Ganggu Produktivitas Kerja




Situs-situs jejaring sosial dan aplikasi-aplikasi yang sedianya dimanfaatkan untuk menghemat waktu dalam pekerjaan, ternyata malah menimbulkan distraksi bagi para pekerja. Demikian hasil survey terbaru yang dikeluarkan oleh uSamp dan Harmon.ie.

Perusahaan peneliti market online dan penyedia software email tersebut meneliti sebanyak lebih dari 500 pekerja di Amerika pada bulan Mei ini. Menurut survey, gangguan yang disebabkan kehadiran social tools mengakibatkan produktivitas berkurang sehingga mengakibatkan kerugian jutaan dollar per tahunnya.
Hampir 60% gangguan yang dialami dalam pekerjaan disebabkan oleh tools seperti email, situs jejaring,
SMS, dan IM (instant messaging). Hasil survey ini tentu saja menjadi sebuah ironi karena alih-alih melancarkan pekerjaan dan menghemat waktu, tools-tools itu malah menjadi gangguan serius.
Di antara temuan-temuan yang didapat dari survey, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:


Gangguan paling banyak datang dari hal-hal berbasis elektronik
Aktifitas rutin seperti panggilan telepon, berbicara dengan rekan kerja dan meeting diketahui menjadi interupsi dalam pekerjaan dengan besaran 43%. Akan tetapi angka ini kalah dengan interupsi yang datangnya dari hal-hal berbasis elektronik. User dilaporkan mengalami distraksi dalam hal proses kirim-mengirim email (23%), berpindah-pindah window untuk menuntaskan pekerjaan (10%), aktivitas online pribadi seperti Facebook-an (9%), IM (6%) dan pencarian (searching) di Web (3%).

Pencarian dokumen juga mengurangi produktivitas
User juga diketahui menghabiskan waktu hingga 2 jam per  minggunya untuk mencari dokumen yang mereka butuhkan. Email menjadi pilihan pertama mereka sebagai lokasi pencarian (76%), kemudian desktop (69%), file server (52%), shared workspace (34%), piranti penyimpanan portable (18%) dan cloud storage (9%).

Lantas dampak apa yang dialami oleh para pekerja tatkala produktivitas mereka berkurang karena ‘gangguan-gangguan’ yang datang? Mereka yang selalu terinterupsi dilaporkan mengalami:
  • Kesulitan bekerja (33%)
  • Tak ada waktu untuk berpikir dalam atau berpikir kreatif (25%)
  • Kebanjiran informasi (21%)
  • Melewatkan deadline (10%)
  • Kehilangan klien (5%)
Parah juga ya dampaknya? Oleh karena itu, bersikaplah bijak dalam memakai social tools dan situs-situs jejaring saat Anda bekerja. Patuhi aturan waktu penggunaan situs jejaring di kantor Anda jika ada, atau matikan saja IM, telepon dan log-out dari Facebook/Twitter saat pekerjaan membutuhkan Anda.
Sumber: Harmon.ie

Jumat, 23 Desember 2011

Stress Teknologi? Apa dan Bagaimana Mengatasinya?



Kehadiran teknologi seharusnya bisa mengurangi stress karena bantuannya dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan. Akan tetapi ternyata teknologi bisa membuat stress penggunanya lho, terutama saat ia ngadat seperti ketika printer yang tidak terdeteksi atau tiba-tiba laptop berjalan seperti siput. Kamu pernah mengalaminya? Inilah yang dinamakan stress teknologi. Lantas apa sih yang bisa kita lakukan untuk mengatasi stress tersebut? Berikut sejumlah solusi yang bisa kamu terapkan.

1. Pelajari dasar-dasar pengoperasian komputer. Semakin kamu mengenali pirantimu dan cara bekerjanya, maka akan makin mudah bagimu dalam mengatasi masalah saat ia ‘ngadat’. Banyak permasalahan menyangkut komputer yang bisa diatasi jika si pengguna mempelajari tentang penyebabnya.

2. Jangan abaikan pesan pop-up yang muncul di layar. Segera evaluasi pesan error (error messages) tersebut, pelajari dan cari tahu kenapa pesan itu bisa muncul sehingga kamu bisa mengambil langkah-langkah untuk memperbaikinya sesuatu yang salah.

3. Ketahui daya tampung maksimal dari driver-driver dan program-program di dalam pirantimu. Meskipun ia dilengkapi dengan berbagai aplikasi dan aksesoris, namun ia tidaklah sempurna. Ingat, saat kamu mahir bagaimana cara meng-uninstall dan me-reinstall drivermu, maka saat ada masalah terjadi, kamu akan lebih cepat mengatasinya .

4. Rawat barang-barangmu dengan baik. Alih-alih kesal karena laptop berjalan lamban, ambillah waktu untuk men-defrag driver. Susunlah agar ‘jeroan’-nya efisien sehingga memiliki performa maksimal.

5. Istirahatlah sebentar. Bagi pengguna komputer kelas kakap, mereka terbiasa menatap monitor berjam-jam hingga tekanan darah melonjak. Untuk mengatasi hal ini, cobalah untuk memakai komputer senyaman mungkin. Ambil waktu break (istirahat) untuk melakukan gerakan fisik dan melenturkan otot-otot di sela-sela aktivitas ‘berkomputer’. Duduk dan menunggu pengunduhan atau peng-uploadan bisa mengakibatkan kamu merasa stress.
Sumber: ehow

Main Video Game Bikin Gemuk? Masak Sih?



Sejumlah peneliti dari Universitas Conpenhagen melakukan penelitian mengenai hubungan antara memainkan video game dan kegemukan yang disebabkannya. Apa hasilnya?

Menurut penelitian yang diterbitkan di American Journal of Clinical Nutrition tersebut, bermain video game seperti seri Electronic Arts, FIFA 11 bisa membuat pemainnya gemuk. Salah satu peneliti mengatakan bahwa dua penyebab obesitas ialah video game dan kurangnya tidur.

Dalam penelitian ini, para ahli fokus pada seorang remaja Denmark berusia 22 tahun yang memiliki kondisi tubuh yang sehat dan berat badan normal. Remaja ini telah menuntaskan 2 sesi FIFA 11 di Xbox 360 yang masing-masing berdurasi 1 jam dalam posisi duduk. Ia lantas melanjutkan kegiatannya tersebut dengan makan siang. Di sini peneliti menemukan bahwa setiap sesi dari permainan video game berhubungan dengan peningkatan jumlah makanan yang masuk, pengeluaran energi, sensasi selera makan dan lain-lain.

Di luar benar atau tidaknya penelitian tersebut karena hanya berfokus pada satu remaja saja, akan tetapi yang perlu diingat adalah bahwa melakukan kegiatan statis selama berjam-jam memang tidak baik bagi kesehatan. Selain FIFA 11, sebenarnya banyak game-game lain yang patut dilirik karena menawarkan kegiatan fisik yang menyenangkan alih-alih mengharuskan pemainnya duduk diam di kursi. Kinect for Xbox 360 keluaran Microsoft misalnya, menjadi piranti elektronik terlaris dalam sejarah di mana ia memiliki pengontrol hand-held untuk kegiatan fisik.

Game berbasis musik seperti Rock Band dan Guitar Hero, serta game dance milik Konami, Dance Dance Revolution (DDR) juga asyik dimainkan. Negara bagian seperti Hawaii dan West Virginia malah memakai DDR sebagai program edukasi fisik guna memerangi obesitas di sekolah. Mereka bahkan menyelenggarakan kontes DDR yang berhadiah beasiswa.

Sedangkan pada musim panas lalu, perusahaan video game terkenal asal Jepang Nintendo melakukan promo hidup sehat dengan menantang orang tua dan anak-anak untuk tetap aktif melalui permainan Wii.
Jadi, pintar-pintarlah memilih video game agar kesehatan tetap terjaga dan imbangilah dengan aktivitas luar yang ‘nyata’. Berita baik bagi konsumen ialah bahwa lini video game yang paling cepat pertumbuhannya sekarang ini ialah yang bergenre fitness atau latihan. Electronic Arts, Ubisoft, Namco Bandai, Majesco dan vendor game-game besar telah merilis game berbasis latihan yang mendulang sukses seperti EA Sports Active 2.0, Your Shape Fitness Evolved, dan Zumba Fitness. Tertarik?
Sumber: Forbes

Kamis, 22 Desember 2011

47% Facebook Wall Penuh Kata Makian




Seringkali kamu menahan diri untuk tidak ngomong kasar di status Facebook. Akan tetapi bagaimana jika yang berbicara kasar itu temanmu dan mereka menuliskannya di wall profilmu? Tentu reputasi baik yang kamu ciptakan bisa sedikit ‘ternoda’.

Sebuah studi dilakukan oleh Reppler, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan reputasi. Studi ini meneliti sebanyak lebih dari 30.000 wall Facebook dari pemilik yang berbeda-beda dan hasilnya sungguh mencengangkan. Ternyata di luar gosip antar teman atau merespon video yang sedang naik daun, wall Facebook juga dipenuhi dengan kata-kata kasar yang sebenarnya tak pantas diucapkan.

Hampir 47% dari wall Facebook yang diteliti mengandung kata-kata yang tak senonoh dan mungkin saja membuat geram para orang tua jika mengetahuinya. Dari deretan kata-kata yang dijumpai, kata f*ck menduduki peringkat pertama kata kasar yang sering ditulis, menyusul kata sh*t dan b*tch. Temuan lain yang dihasilkan dari survey Reppler ialah bahwa kata-kata itu tidak dituliskan sendiri oleh si pemilik akun, melainkan oleh teman-teman online mereka. Sebanyak 80% dari user-user tersebut setidaknya memiliki satu postingan atau komentar dengan muatan kasar dari teman mereka.

Temuan ini menegaskan bahwa pemilik Facebook sebenarnya tidak memiliki kontrol penuh atas bahasa yang ada di wall Facebook mereka. Yang harus diperhatikan bahwa aksi ini, di mana teman-teman online menuliskan kata-kata kasar di wall, bisa saja disalahartikan oleh orang lain yang melihatnya. Hal ini akan berdampak buruk apabila si pemilik akun sedang mencari pekerjaan, terkait kini banyak penjaring karyawan yang melihat situs jejaring sebagai bahan pertimbangan.

Oleh karena itu bagi kamu yang sedang cari-cari kerja, sebaiknya rajin-rajinlah untuk ‘membersihkan’ wallmu dari muatan tak pantas agar reputasimu tetap terjaga dan tidak menimbulkan masalah.
Sumber: Mashable

Cyberbullying Makin Marak di Internet, Ortu Waspadalah


Internet menjadi semacam perwakilan dunia nyata. Apapun yang terjadi di dunia nyata bisa terjadi pula di dunia maya, tak terkecuali pelecehan atau yang biasa disebut bullying.

Institusi-institusi terkait telah memperingatkan bahwa bullying melalui jejaring sosial semakin memprihatinkan, terbukti dari seorang remaja bernama Natasha MacBryde yang bunuh diri pada bulan Februari lalu karena mengalami cyberbullying di situs Formspring. Gadis berusia 15 tahun tersebut sengaja berjalan di atas rel kereta api sekitar 150 meter dari tempat tinggalnya di Bromsgrove, Worcestershire, dan membiarkan dirinya tertabrak kereta yang melintas.

Ibu gadis malang tersebut, Jane MacBryde, mengatakan bahwa putrinya mengalami bullying oleh sekelompok gadis di sekolahnya. Selain itu, Natasha juga menerima kekerasan verbal dari seseorang yang mengirimkan pesan beberapa jam sebelum kematiannya yang menyebutnya seorang pelacur dan menyuruhnya untuk bersikap lebih baik atau semua orang akan menjauhinya.

Tak cukup sampai di situ, masih ada banyak orang yang mencaci dan mengolok-oloknya di internet setelah kematiannya. Atas kejadian ini, penyidik mengungkapkan bahwa sudah ada salah satu pelaku yang telah ditangkap dan dihukum.

Cyberbullying diawali dari aktivitas trolling atau meninggalkan pesan bernada kasar, ejekan, hingga merendahkan di profil seseorang di sebuah jejaring sosial. Peristiwa ini sering terjadi di kalangan anak-anak dan remaja sehingga meningkatkan kesadaran orang tua dan juga pengelola jejaring sosial tersebut mengenai bahaya bullying di dunia maya.

Jeremy Todd, chief executive dari lembaga sosial Family Lives, menekankan bahwa kejadian cyberbullying meningkat sedangkan orang tua terkadang sering tertinggal jauh dari sang anak dalam teknologi masa kini, padahal apa yang terjadi pada anak-anak tersebut memerlukan perhatian dan pengawasan dari orang tua agar peristiwa di atas tak terjadi pada mereka.

Instutusi anti bullying, Beatbullying, menyebutkan bahwa teknologi mutakhir seperti fitur GPS yang ada di Facebook bisa menjadi pedang bermata dua dan membuat pelecehan-pelecehan justru semakin leluasa untuk dilakukan. Situs seperti Formspring dan LittleGossip.com juga sudah sepantasnya menjaring ketidakjelasan informasi pengguna agar terlihat adanya upaya pengaturan dari jejaring sosial tersebut.
Apa yang terjadi pada Natasha membuat Formspring bersimpati dan menyatakan bahwa mereka akan memaksimalkan keamanan terhadap penggunanya dan sudah bekerja sama dengan aparat hukum untuk menghindari kejadian serupa.
Sumber: Guardian

Rabu, 21 Desember 2011

Internet, Remaja, dan Permasalahan Diantaranya



Ponsel masa kini tak hanya menyediakan layanan teks dan suara. Dalam beberapa tahun perkembangannya, ponsel akhirnya bisa mewakili komputer dalam penggunaannya, termasuk untuk mengakses internet. Pada kenyataannya, kita telah bergantung pada internet untuk berbagai kegiatan mulai dari sekedar mencari informasi hingga bersosialisasi. Karena itu pula timbul sebuah momok baru, terutama di kalangan remaja, yang berhubungan dengan kemudahan mengakses internet melalui ponsel yaitu ketakutan akan informasi mengenai diri mereka tersebar ke dunia maya.

Steven Carrick-Davies, CEO dari Internet Charity Childnet International, membuat sebuah film tentang para remaja yang berbagi pengalaman mereka mengenai bagaimana rapuhnya mereka ketika menggunakan media-media sosial melalui ponsel. Inti dari film tersebut adalah ketakutan yang mulai muncul ketika apa yang seharusnya menjadi rahasia seseorang pada akhirnya tersebar ke publik.

Para ahli yang ikut mewawancarai para remaja itu menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan dengan ponsel tersebut mempunyai makna yang lebih bagi para remaja tersebut. Ponsel dianggap bisa memfasilitasi mereka dengan memberi identitas untuk bisa terhubung dengan yang lain. Ponsel kini telah berkembang mulai dari sekedar untuk telepon dan SMS menjadi sebuah mesin canggih dengan layanan pesan pribadi, seperti BlackBerry Messenger, dan fitur yang hanya ada di jejaring-jejaring sosial untuk menunjukkan eksistensi mereka seperti Poke atau Ping.

Sayangnya, kemampuan ponsel ini justru mengungkung para remaja di dalam dunianya sendiri, terutama mereka yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah, dukungan dari orang tua yang kurang, hingga mereka yang kecanduan alkohol atau narkoba. Dunia maya tersebut terasa lebih bisa mengakomodasi mereka dibandingkan dunia nyata.

Remaja-remaja yang mengimbangi kehidupan maya mereka dengan kehidupan sosial yang nyata mungkin dapat bertahan dan pada akhirnya menjadi semacam amfibi yang bisa berinteraksi dan bersosialisasi secara normal. Tapi tidak dengan jenis remaja seperti yang tersebut di atas.

Di Amerika, permasalahan 3R (Reading, wRiting, aRithmetic) pun mempunyai jenjang yang lebih tinggi dan tak hanya sekedar bermakna literal ketika dihubungkan dengan internet. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan dan dukungan dari siapapun untuk bisa melindungi mereka dari ancaman dunia maya tersebut. Internet yang seperti dunia tanpa batas tak berbeda dengan dunia nyata dengan resiko yang harus ditanggulangi dan juga diminimalisir melalui pengajaran tentang kestabilan emosi dan kemampuan bersosialisasi ketika masuk ke dunia maya.
Sumber: Guardian

Apakah Google Akan Gantikan Memori Manusia?



Apakah dengan adanya Google memori kita akan tergantikan? Sebuah studi dari para peneliti di Columbia University, the University of Wisconsin dan Harvard University memiliki jawabannya.

Mesin pencari seperti Google dan Bing bisa diakses dengan sangat mudah entah lewat komputer atau ponsel. Semua informasi yang kita butuhkan seakan ada di tangan dan yang dibutuhkan hanya menggerakkan jari saja. Masalahnya, apakah dengan adanya kemudahan ini memori kita jadi lemah karena malas mengingat?

Para peneliti telah memeriksa kebiasaan berinternet ria dan bagaimana dampaknya pada kegiatan mengingat. Hasilnya diketahui bahwa orang akan malas mengingat sesuatu jika mereka mengetahui bahwa mereka bisa menemukannya di internet. Sementara itu, ketika diberikan pertanyaan sulit, pengguna internet lebih suka berpikir tentang bagaimana mereka menemukan jawabannya di online alih-alih mencari jawabannya berdasarkan pengetahuan umum yang mereka miliki.

Fenomena tersebut dinamakan “transactive memory” di mana masyarakat ‘meletakkan’ memori mereka di luar diri mereka sendiri dan dalam kasus ini internet berperan utama.

Para profesor ini sendiri mencapai kesimpulan melalui sejumlah eksperimen di mana partisipan diminta untuk mengingat informasi. Beberapa dari mereka diberi tahu bahwa data tersebut akan dihapus sedang beberapa lainnya diberi tahu bahwa data itu akan disimpan dan bisa diakses kembali. Hasilnya, mereka yang diberitahu bahwa data itu akan disimpan, tidak akan berusaha mengingatnya, kebalikan dengan mereka yang diberitahu bahwa datanya akan dihapus selamana. Hal ini mensugestikan bahwa proses dari memori manusia akan beradaptasi dengan  penemuan teknologi komunikasi.
Sumber: PC Mag

Selasa, 20 Desember 2011

Mau Join Situs Kencan? Catat Dulu Tips Amannya!



Situs kencan online bagi sebagian orang adalah solusi yang tepat untuk mencari pasangan di tengah kesibukan atau minimnya waktu bersosialisasi. Meskipun dirasa mengasyikkan dan memiliki sensasi sendiri, akan tetapi mencari jodoh di internet melalui situs tersebut juga berisiko.

Sebuah kasus menimpa seorang wanita yang berprofesi sebagai produser TV di Hollywood dan berbuntut pada penuntutan sebuah situs kencan. Wanita bernama Take Carole Markin ini telah mengalami penyerangan secara brutal di kediamannya oleh seorang pria yang ia kenal dari dunia maya. Ternyata, pria tersebut adalah penjahat seks.

Yang patut digarisbawahi dari kejadian tersebut adalah bahwa bertemu orang asing di dunia maya berbeda dengan di dunia nyata. Di dunia nyata, ‘situs’ kencanmu ialah lingkungan yang berisi teman-teman, rekan kerja dan kenalan sehingga sedikit banyak kamu kenal latar belakang mereka. Sedangkan di dunia maya orang tidak bisa memastikan 100% bahwa sosok yang ia kenal  bisa dipercaya.

Banyak hal yang sulit dibuktikan kebenarannya saat berkenalan dengan orang baru di internet. Sejumlah pertanyaan yang wajib dimunculkan ialah, apakah benar foto yang ia posting adalah fotonya sendiri, dan apakah benar informasi yang ia cantumkan juga asli? Oleh karena itu, memilih situs kencan yang benar-benar aman adalah hal yang tidak boleh diabaikan karena banyak situs yang ‘berisiko’. Berikut sejumlah pertanyaan untuk membantumu menemukan situs yang tepat dan pastinya aman.

1. Apakah situs tersebut menyortir penggunanya?
2. Bagaimana cara situs tersebut dalam mengurangi risiko penganiayaan?
3. Apakah yang dilakukan situs tersebut apabila terjadi suatu penganiayaan?
4. Apakah dalam bagian ‘terms of service’ ada ijin memasukkan konten eksplisit?
5. Apakah situs tersebut membolehkan pemakaian webcam, chat dan video?
5. Apakah situs tersebut menyediakan tips bagi user dalam hal pemakaian situs dengan aman untuk menghindari predator dan scammer?
6. Apakah situs tersebut menyediakan panggilan darurat?

Selain penjahat seks, yang harus dihindari dalam situs kencan ialah scammer atau penipu  di internet. Jangan sampai kamu terperdaya dengan adanya orang yang mengaku tak punya kerabat, sedang dalam kondisi sulit, dan ujung-ujungnya meminta uang. Banyak kasus di mana korban mengaku telah kehilangan sejumlah uang karena memberikannya pada sosok yang kemudian menghilangkan jejaknya setelah dikirimi uang. Dan peringatan ini bukan hanya berlaku untuk kaum wanita saja, karena predator online dan scammer tidak semuanya pria.

Sumber: ABC News

Waduh! 90% User Internet di AS Tak Tahu Pakai CTRL+F


Mereka yang terbiasa pakai internet pastinya tahu bagaimana mencari informasi di internet, cukup ketikkan kata kunci pada kotak pencarian lalu tekan tombol enter. Muncullah semua link artikel/informasi yang terkait kata kunci.

Nah bagaimana jika ingin mencari kata tertentu dalam sebuah dokumen di halaman web? “Tekan tombol CTRL + F”, pasti solusi itu yang diucapkan mereka yang sudah paham dan terbiasa searching. Tapi tahukah Anda kalau ternyata masih banyak pengguna internet yang tidak tahu bagaimana mencari kata tertentu di halaman web?

Dan Russell, seorang antropolog pencarian di Google, mengungkapkan fakta terkait bagaimana pengguna internet mencari kata tertentu ini. Statistik yang diungkapkannya cukup membuat tercengang Alexis Madrigal, senior editor The Atlantic, kala mewawancarai Russell.

Menurut studi yang dilakukan Russell, dari 2.512 sampel yang mereka teliti di Amerika Serikat (AS), 90 persen pengguna internet yang melakukan pencarian tidak tahu bagaimana cara menggunakan CTRL/Command + F untuk mencari kata tertentu di halaman web. Padahal Control+F adalah salah satu trik penting yang harus diketahui seseorang ketika melakukan searching agar tidak membuang waktu mencari satu persatu.

Russell juga pernah melakukan studi lapangan dan entah sudah berapa jam ia duduk di rumah seseorang sambil mengamati seseorang membaca dokumen yang panjang untuk menemukan kata tertentu. Sampai-sampai Russel harus turun tangan membantu memberikan petunjuk dan triknya. Waduh!
Sumber: The Atlantic

Senin, 19 Desember 2011

PC Tablet Jadi Gadget Populer di Kamar Mandi




Komputer portabel berbentuk buku atau yang lebih dikenal dengan PC tablet saat ini menjadi gadget yang banyak diminati. Sebut saja iPad Apple yang laris manis. Kepopuleran iPad mendorong vendor-vendor lain merilis PC tablet versi masing-masing.

Tren PC tablet ini menyebar hingga ke kamar mandi. Kalau dulu handphone, kini PC tablet yang sering dibawa-bawa ke kamar mandi meski berisiko rusak terkena air. Menurut survei terbaru yang diterbitkan oleh Staples Advantage, divisi business-to-business Staples Inc., sebanyak 35% pengguna PC tablet memakai iPad atau tablet lainnya ketika di kamar mandi. Sementara itu 78%-nya menggunakan PC tablet sambil berbaring di tempat tidur.

Selain kamar mandi dan tempat tidur, PC tablet juga laris dipakai di tempat makan. Masih menurut survey Staples Advantage, 30% pengguna PC tablet memakai gadget tersebut saat sedang di restoran. PC Tablet juga menjadi perlengkapan yang banyak dipakai di tempat kerja. Survei mengatakan 75% pengguna PC tablet mengecek email perusahaan lewat perangkat tersebut.

Rupanya pemakaian PC tablet yang mudah dibawa kemana-mana turut mendongkrak kinerja, di mana 60% pengguna mengklaim produktivitas kerja mereka meningkat setelah memakai gadget tersebut. Sebanyak 33% mengatakan mereka mereview dan mengedit dokumen pekerjaan dengan memakai PC tablet. Dari survey juga terungkap, 60% pengguna memakai PC tablet selama liburan untuk mengecek email kantor atau untuk melakukan pekerjaan yang lain.

Survei ini juga menyoroti beberapa kerentanan. Sebanyak dua pertiga pekerja yang memakai PC tablet ternyata tidak memback-up data secara teratur, dan kurang dari 15% saja yang menginstal program enkripsi atau antivirus ke tablet mereka.

Selain urusan pekerjaan, aktivitas yang paling banyak dilakukan lewat PC tablet menurut riset yang dirilis Social Nuggets bulan lalu antara lain aktivitas bisnis (lebih dari 25% di iPad dan PlayBooks BlackBerry), bermain game (17,5% di iPad) dan shopping (23% di PC tablet Android).
Sumber: Computerworld

55% Ortu Memanfaatkan Facebook Untuk Memonitor Anak


Bagi orang tua masa kini, keberadaan Facebook bisa digunakan tak sekedar hanya untuk menjalin kontak kembali dengan kawan-kawan lama tapi juga untuk mengawasi anak-anak dalam bersosial di dunia maya.
Sebuah survey yang dilakukan oleh Laptop Magazine terhadap 2.000 orang tua, 55 persen dari mereka memanfaatkan Facebook untuk mengetahui kehidupan pribadi anak-anak mereka lebih jauh. Beberapa fakta lain yang didapat dari survei ini juga menunjukkan bahwa 5 persen dari 2.000 orang tua tersebut akan menggunakan Facebook untuk tujuan tersebut jika ada yang mengajarkan cara menggunakannya pada mereka.

Tak hanya dengan membaca update status, para orang tua tersebut juga akan mengecek foto-foto dengan tag anak-anak mereka. Orang tua dengan pemahaman teknologi yang lebih baik bahkan akan menggunakan akun Facebook teman mereka untuk masuk lebih dalam ke kehidupan digital anak-anak mereka.

Sebanyak 11 persen mengaku bahwa mereka membuat akun Facebook hanya untuk mengawasi anak di dunia maya. Dari sekian banyak orang tua yang mengirimkan friend request pada anak mereka, hanya 4 persen yang ditolak. 24 persen orang tua juga menjelaskan bahwa Facebook hanya menjadi satu-satunya jalan untuk bisa mengawasi anak-anak. 14 persen orang tua mendefinisikan mereka sebagai orang tua yang suka ingin tahu sedangkan 36 persen yang lain lebih suka dianggap overprotektif.

Meski perilaku tersebut memang terlihat memaksa, penelitian terbaru oleh Consumer Reports di bulan Juni lalu menyebutkan bahwa ada 7 juta anak-anak berumur di bawah 13 tahun terdaftar di Facebook. Dari jumlah sebanyak itu, 5 juta diantaranya berumur di bawah 10 tahun dan jarang mendapatkan pengawasan ketika mengakses situs sosial tersebut.

Meski Facebook telah mempunyai kebijakan umur 13 tahun sebagai umur minimal dalam membuat akun, hal itu tak menghalangi anak-anak untuk memalsukan umur agar bisa menjadi anggota jejaring sosial nomor satu tersebut. Hanya 18 persen orang tua dengan anak berumur di bawah 10 tahun berteman dengan anak-anak mereka di Facebook untuk tujuan pengawasan. Hanya 10 persen orang tua yang berdiskusi dengan anak-anak mereka mengenai keamanan di dalam jejaring sosial dan internet.

Sumber: Digitaltrends

Minggu, 18 Desember 2011

Anak Anda Kecanduan Game Online? Kenali Ciri-cirinya!



Komputer dan game adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak-anak masa kini. Bagi kebanyakan anak remaja, bermain game di komputer, konsol, atau perangkat genggam adalah salah satu kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap hari. Sebenarnya tak masalah selama masih dalam batas wajar, bagaimanapun mereka hidup dan berkembang di jaman serba teknologi.

Game-game beraliran Massively Multiplayer Online Role-Playing Game (MMORPG) seperti “World of Warcraft” nyatanya berhasil menarik jutaan pemain setiap harinya. Umumnya pemain menikmati hobi mereka ini sampai rela berjam-jam ngegame. Banyak pula yang mengaku tidak bisa berhenti bermain.

Namun bagaimana jika sudah sampai mengganggu aktivitas lain, misal sudah tidak peduli dengan kehidupan di luar, nilai sekolah jeblok, tidak mau lagi beraktivitas di kegiatan ekskul, menarik diri dari dunia luar atau sering terpaku berlama-lama ngegame di depan komputer / gadget elektronik lainnya? Besar kemungkinan anak sudah kecanduan game.

Kecanduan game memang tidak termasuk dalam klasifikasi diagnostik dan statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). Meskipun demikian, banyak pakar kesehatan mental mengatakan bahwa bermain video game hampir sama dengan bermain judi dalam hal proses kecanduannya.

Lalu mengapa bisa kecanduan?
Ketahuilah bahwa di game multiplayer online, para pemain bisa berperilaku sangat kontras dengan kepribadian mereka sehari-hari. Di sini, seorang anak pasif bisa menjadi agresif, anak yang sulit mendapat teman tiba-tiba mampu berteman atau memimpin pasukan.

Mereka bahkan bisa melampiaskan kebrutalan mereka di dunia maya tanpa konsekuensi yang nyata. Jangan heran jika ada anak yang kesulitan berteman di dunia nyata ternyata sangat mudah bergaul dan mendapatkan teman di dunia maya karena di sini mereka bisa berinteraksi tanpa harus bertatap muka.

Menurut para dokter yang meneliti kecanduan video game, alasan seseorang bisa ketagihan bermain game adalah karena game tersebut sengaja dirancang agar pemainnya semakin sering bermain game.

1. Pemain butuh menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menciptakan sebuah karakter dan persona virtual mereka. Game tersebut memang dirancang agar mereka ‘menginvestasikan’ banyak waktu dan usaha untuk memperluas karakter dan kemampuan mereka.

2. Belum lagi pemain difokuskan untuk mendapatkan senjata baru atau score yang tinggi, ini akan membuat pemain enggan berhenti bermain sebelum mereka memenuhi target mereka. Tentu saja, begitu target tercapai, selalu ada target yang lebih besar berikutnya, dan berikutnya.

3. Game multiplayer online memang dirancang untuk interaktif agar pemain bekerja sama untuk mencapai tugas tertentu. Karena itu pemain merasa tidak dapat meninggalkan permainan sebelum memenuhi kewajiban untuk tim mereka.

4. Daya tarik lainnya dari game tersebut adalah aspek sosial. Di dunia game online tersebut mereka bisa menjadi siapa saja sesuai yang mereka inginkan, dan relatif mudah untuk meningkatkan karakter. Masalahnya adalah mereka kesulitan belajar bersosialisasi di dunia nyata, khususnya buat mereka yang memang kesulitan berteman.

5.  Candu lainnya yang menarik adalah game ini bisa dijadikan sebagai pelarian dari masalah-masalah di dunia nyata. Tentu saja hal ini merupakan pengaruh negatif karena lebih banyak menghabiskan waktu bermain game ketimbang menyelesaikan masalah yang dihadapi.

***

Berikut adalah beberapa gejala kecanduan game. Jika gejala di bawah ini ternyata banyak yang menimpa anak Anda, maka waspadalah..

- anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain game pada jam-jam di luar sekolah
- tertidur di sekolah
- sering melalaikan tugas
- nilai di sekolah jeblok
- berbohong soal berapa lama waktu yang sudah dihabiskan untuk ngegame
- lebih memilih bermain game daripada bermain dengan teman
- menjauhkan diri dari kelompok sosialnya (klub atau kegiatan ekskul)
- merasa cemas dan mudah marah jika tidak ngegame

Sementara gejala-gejala fisik yang bisa menimpa seseorang yang kecanduan game antara lain:
- Carpal tunnel syndrome (gangguan di pergelangan tangan karena saraf tertekan, misalnya jari-jari tangan menjadi kaku)
- mengalami gangguan tidur
- sakit punggung atau nyeri leher
- sakit kepala
- mata kering
- malas makan / makan tidak teratur
- mengabaikan kebersihan pribadi (misal: malas mandi)
Sumber: dirangkum dari berbagai sumber

Orang Sering Pura-pura Nelpon untuk Menghindar





Banyak hal yang dilakukan seseorang saat merasa tak nyaman atau ingin menghindari sesuatu. Di kalangan pengguna ponsel, selain sebagai alat komunikasi, ponsel kerap dijadikan alat untuk menghindari interaksi sosial.

Survei yang dilakukan oleh Pew Internet Research Center & American Life Project terhadap 2.277 responden tentang perilaku pengguna ponsel di Amerika mengungkapkan, sebanyak 13 persen orang dewasa mengaku sering berpura-pura menelepon untuk menghindari percakapan sosial dengan orang lain.
Mereka yang berasal dari kalangan lebih muda ternyata persentasenya lebih besar lagi. Sekitar 30 persen responden berusia 18-29 tahun mengaku menghindari percakapan dengan berpura-pura menelepon. Sementara yang berusia 30-49 tahun persentasenya mencapai 11 persen.

Dari survei terungkap, 42 persen memakai ponsel untuk menghilangkan rasa bosan dengan bermain game, mendengarkan musik, video, mengeksplorasi aplikasi hingga chatting di layanan instant messaging (IM). Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persennya didominasi anak muda, sementara 51 persennya berusia antara 30 sampai 49 tahun.

Emerson Smith, sosiolog dan profesor asosiasi penelitian klinis di University of South Carolina School of Medicine mengatakan, perilaku tersebut merupakan bagian dari perkembangan sosial media dan ponsel.
Di satu sisi, kita bisa berkomunikasi dengan orang lain lebih cepat dan menyebarkan pesan ke banyak orang. Kita bisa berbicara dengan siapa pun, di mana pun. Namun di sisi lain, kemampuan bertatap muka dan berkomunikasi dengan orang lain menjadi berkurang. Menurut Smith, perilaku ini bisa menimbulkan masalah tertentu. Misalnya di tempat kerja, terutama jika pekerjaan mengharuskan mereka untuk berkonsultasi atau bertatap muka dengan orang lain.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa meski dilengkapi fitur inventif, ponsel juga menyebabkan rasa frustasi. Sekitar 20 persen responden mengaku frustrasi jika ponselnya terlalu lama download sesuatu, 16 persen mengaku kesulitan membaca sesuatu di ponsel karena layar yang terlalu kecil. Sebagian besar responsen mengaku kecanduan ponsel, hanya 29 persen yang mematikan ponsel agar bisa beristirahat.

Sumber: dirangkum dari beberapa sumber

Sabtu, 17 Desember 2011

79% User Tak Bisa ‘Lepas’ dari Facebook


Seberapa tergantungkah Anda dengan Facebook? Berapa lama Anda bisa ‘bertahan’ untuk tidak berinteraksi dengan Facebook?

Coed magazine, College Candy dan Busted Coverage menggelar sebuah studi terhadap 2.500 orang. Hasilnya, 79 persen responden ternyata tidak bisa jauh-jauh dari Facebook. Mereka tidak bisa seharian tidak memakai Facebook baik lewat komputer atau perangkat mobile.

Hampir 50 persen responden mengaku cemas dengan ketergantungan mereka terhadap layanan jejaring sosial tersebut, baik hanya sekedar mengecek berita dan mendapatkan update tentang teman-teman mereka.
Temuan lain dari studi ini adalah, lebih dari 40 persen responden mengaku mengecek Facebook sebelum menyikat gigi (setelah bangun tidur) di pagi hari.

Terkait dengan sifat adiktif dari layanan tersebut, 20 persen responden yang menghapus profil Facebook mereka karena frustrasi ujung-ujungnya membuat profil Facebook yang baru. Namun, 70 persen responden menyatakan akan menghapus profil Facebook mereka secara permanen jika Facebook sudah menjadi layanan berbayar.

Lalu, sebanyak 92 persen mengaku kalau update status Facebook cukup mengganggu. Update status yang dianggap paling menjengkelkan termasuk lirik lagu, update status dan update fan page. Update status politik juga diklaim cukup mengganggu, disusul dengan update foto bayi yang diposting oleh teman-teman mereka dan update lokasi check-in Facebook.

65 persen responden merasa malu jika orang lain bisa melihat siapa saja teman yang paling sering mereka cek. Hanya 6 persen yang mengaku putus dengan pasangan via Facebook. Dan lebih dari 66 persen mengatakan mereka tidak menilai orang lain berdasarkan seberapa banyak jumlah teman yang mereka miliki di Facebook.
Sumber: Digital Trend

Facebook Social Media Paling Diminati Semua Umur



Dari semua layanan social media yang ada, Facebook adalah yang paling dikenal semua umur. Mulai dari kakek nenek hingga remaja, Facebook rupanya berhasil menjaring banyak user dari beragam usia.
Studi yang dilakukan Forrester mengungkapkan bahwa dari sekian banyak orang dewasa yang disurvey di Amerika Serikat (yang memakai social media), 96 persen diantaranya menggunakan Facebook. Secara total tercatat ada 98 persen responden baik yang berusia lanjut (67 tahun ke atas) dan remaja berusia 18-22 tahun, memilih memakai Facebook.

Facebook berhasil menggeser situs jejaring sosial lainnya. Setelah Facebook, situs jejaring sosial yang paling digemari adalah LinkedIn, dengan prosentase 28% orang dewasa di AS. Populasi yang berasal dari kalangan usia kerja rupanya lebih menyukai LinkedIn, tak heran karena situs ini memang dirancang untuk para pekerja dan keperluan networking.

Sementara Twitter ada di peringkat ketiga sebagai layanan social media yang paling banyak dipakai. Twitter paling populer di kalangan remaja muda berusia 18-22 tahun dengan prosentase 38 persen, tak sampai setengah dari mereka yang menggunakan LinkedIn.

Remaja juga didaulat sebagai yang paling aktif memakai layanan social media. Menurut studi, merekalah yang paling banyak mengunjungi situs social media, melakukan update dan me-maintain profil, bahkan berkomentar lebih banyak. Lebih dari 80% remaja berusia 18-22 tahun mengaku mengecek situs jejaring sosial setidaknya setiap minggu.

Survey yang dilakukan Forrester digelar secara online dengan melibatkan 60.000 partisipan pada bulan Juli, tak lama setelah Google+ (situs jejaring sosial milik Google) diluncurkan. Jadi kala itu Google+ tidak ditanyakan dalam survey.

Sumber: Mashable

Jumat, 16 Desember 2011

Main Video Game Bikin Gemuk? Masak Sih?



Sejumlah peneliti dari Universitas Conpenhagen melakukan penelitian mengenai hubungan antara memainkan video game dan kegemukan yang disebabkannya. Apa hasilnya?

Menurut penelitian yang diterbitkan di American Journal of Clinical Nutrition tersebut, bermain video game seperti seri Electronic Arts, FIFA 11 bisa membuat pemainnya gemuk. Salah satu peneliti mengatakan bahwa dua penyebab obesitas ialah video game dan kurangnya tidur.

Dalam penelitian ini, para ahli fokus pada seorang remaja Denmark berusia 22 tahun yang memiliki kondisi tubuh yang sehat dan berat badan normal. Remaja ini telah menuntaskan 2 sesi FIFA 11 di Xbox 360 yang masing-masing berdurasi 1 jam dalam posisi duduk. Ia lantas melanjutkan kegiatannya tersebut dengan makan siang. Di sini peneliti menemukan bahwa setiap sesi dari permainan video game berhubungan dengan peningkatan jumlah makanan yang masuk, pengeluaran energi, sensasi selera makan dan lain-lain.

Di luar benar atau tidaknya penelitian tersebut karena hanya berfokus pada satu remaja saja, akan tetapi yang perlu diingat adalah bahwa melakukan kegiatan statis selama berjam-jam memang tidak baik bagi kesehatan. Selain FIFA 11, sebenarnya banyak game-game lain yang patut dilirik karena menawarkan kegiatan fisik yang menyenangkan alih-alih mengharuskan pemainnya duduk diam di kursi. Kinect for Xbox 360 keluaran Microsoft misalnya, menjadi piranti elektronik terlaris dalam sejarah di mana ia memiliki pengontrol hand-held untuk kegiatan fisik.

Game berbasis musik seperti Rock Band dan Guitar Hero, serta game dance milik Konami, Dance Dance Revolution (DDR) juga asyik dimainkan. Negara bagian seperti Hawaii dan West Virginia malah memakai DDR sebagai program edukasi fisik guna memerangi obesitas di sekolah. Mereka bahkan menyelenggarakan kontes DDR yang berhadiah beasiswa.

Sedangkan pada musim panas lalu, perusahaan video game terkenal asal Jepang Nintendo melakukan promo hidup sehat dengan menantang orang tua dan anak-anak untuk tetap aktif melalui permainan Wii.
Jadi, pintar-pintarlah memilih video game agar kesehatan tetap terjaga dan imbangilah dengan aktivitas luar yang ‘nyata’. Berita baik bagi konsumen ialah bahwa lini video game yang paling cepat pertumbuhannya sekarang ini ialah yang bergenre fitness atau latihan. Electronic Arts, Ubisoft, Namco Bandai, Majesco dan vendor game-game besar telah merilis game berbasis latihan yang mendulang sukses seperti EA Sports Active 2.0, Your Shape Fitness Evolved, dan Zumba Fitness. Tertarik?
Sumber: Forbes

6 Tips Agar Baterai Ponsel Awet Saat Mudik



Ponsel pintar (smartphone) membutuhkan daya (power) untuk bisa beroperasi. Tak peduli seberapa besar baterai yang dipakai atau seberapa lama durasi baterai yang dijanjikan, semua tergantung pada pola pemakaian smartphone tiap pengguna.

Telepon, SMS, game, aplikasi social media, multimedia, koneksi 3G/Wi-Fi/Bluetooth, GPS adalah diantara fasilitas smartphone yang banyak dipakai. Semua fitur tersebut cukup menyedot banyak power jika diaktifkan.

Nah, bagaimana caranya agar baterai smartphone Anda awet? Apalagi buat mereka yang sebentar lagi akan mudik melalui jalur darat, tentu butuh ketahanan baterai yang memadai agar gadget bisa menjadi teman penghibur dalam perjalanan dan komunikasi dengan keluarga berjalan lancar. Berikut beberapa tipsnya.

1. Matikan fitur yang tidak perlu
Mengaktifkan fitur seperti Bluetooth, WiFi, dan GPS secara terus-menerus hanya akan menguras daya baterai ponsel Anda dengan cepat. Matikan jika tidak diperlukan dan aktifkan jika sedang dibutuhkan saja. Misalnya gunakan GPS hanya pada saat tersesat saja atau ketika ingin mengetahui jalur.

2. Matikan 3G jika tidak dibutuhkan
Dibanding EDGE atau GPRS, koneksi 3G memang lebih kencang. Namun daya yang dibutuhkan juga lebih banyak lho. Nah jika Anda mendapatkan sinyal yang baik namun yang akan lebih banyak dipakai adalah fungsi telepon, SMS, dan mengecek email sesekali saja, maka tak ada salahnya mematikan koneksi 3G dan mengalihkannya ke EDGE saja. Koneksi EDGE sudah mumpuni untuk meng-cover layanan tadi kok.

3. Bijak pakai aplikasi
Jika setiap menit ponsel pintar Anda dipakai ‘menyedot’ email baru, pesan Twitter, update Facebook, ditambah lagi main game dan mendengarkan musik, jangan heran kalau ‘daya hidup’ baterai Anda cuma sebentar. Nah, jika Anda dalam perjalanan jauh, disarankan agar tidak jor-joran membuka aplikasi dan mengakses hiburan yang ada di ponsel agar Anda tetap dapat terhubung lewat ponsel. Tutup aplikasi kalau tidak sedang dipakai untuk menghemat baterai.

4. Atur brightness, screen timeout dan kunci layar
Aturlah agar layar display ponsel Anda mengkonsumsi power sesuai kebutuhan demi efisiensi. Setting brightness ke level minimum, yang penting Anda masih bisa melihat layar display secara nyaman. Lalu persingkat pula settingan jangka waktu layar saat menyala. Jangan lupa untuk mengunci layar agar ponsel tidak aktif sendiri ketika tak sengaja tersentuh tangan. Tips lainnya yaitu atur screen timeout (layar otomatis mati) ke waktu yang paling cepat agar menghemat baterai, atau matikan layar kalau ponsel tidak dipakai.

5.Matikan fitur screensaver
Meski terlihat keren dan indah efeknya, mengaktifkan fitur screensaver bisa menguras daya baterai karena akan membuat prosesor bekerja ekstra. Jadi pertimbangkanlah untuk meminimalisir pemakaian screensaver, atau jika perlu matikan saja.

6. Matikan vibration
Hampir semua smartphone saat ini punya fitur vibration (getaran). Tapi tahukah Anda untuk apa fitur itu sebenarnya dibuat? Yaitu agar user tahu ketika perangkat genggamnya berbunyi saat berada dalam saku atau tas. Nah, fitur getaran akan mengkonsumsi banyak daya baterai dibanding mode normal. Jadi aktifkan menu ini seperlunya saja, misal ketika meeting.

Catatan: Untuk antisipasi saja, kalau ada bawalah baterai cadangan saat melakukan perjalanan jauh agar ketika baterai ponsel ‘sekarat’, Anda bisa menggantinya sehingga tetap bisa menggunakan ponsel.

Sumber: dirangkum dari berbagai sumber

Studi: Meski Libur, Orang Tetap Ngecek Email



Berkat kemajuan teknologi, kita bisa terus berkomunikasi dengan teman, keluarga dan rekan kerja di mana saja dan kapan saja. Salah satunya komunikasi lewat email.

Sebuah studi yang dilakukan oleh perusahaan software email Xobni menunjukkan bahwa mayoritas orang yang bekerja ternyata tetap mengecek email saat liburan. Sebanyak 79% orang dewasa yang bekerja di Amerika Serikat (AS) mengaku menerima email yang berhubungan dengan pekerjaan pada saat libur, seperti pada saat Hari Thanksgiving, Hari Natal, dan hari libur lainnya. Dan 68% diantaranya mengecek email tersebut. Dari jumlah tersebut, 27% diantaranya mengecek email beberapa kali dalam sehari.

Jika dibandingkan dengan hasil survei tahun lalu, jumlah pria yang mengecek email mengalami sedikit penurunan. Tahun 2010, tercatat 67% pria mengecek email pada hari libur, sedangkan wanita 50%. Sementara tahun ini, pria yang mengecek email saat libur berjumlah 58%, wanita 51%.

Meski begitu, ada juga yang tidak suka menerima email pada saat libur. Sekitar 37% responden mengaku jengkel, frustrasi atau marah setelah menerima email yang berhubungan dengan pekerjaan pada hari libur karena merasa bekerja pada hari libur.

Empat puluh satu persen (41%) responden yang mengecek email kerja saat liburan menyatakan bahwa dengan tetap up-to-date dengan email kerja, maka akan mengurangi beban kerja mereka ketika kembali masuk kerja.

Di lain sisi, satu dari sepuluh responden (10%) berusia 18-44 tahun mengaku mengecek email ketika sedang menghabiskan waktu dengan teman atau kerabat dengan beragam alasan, baik ketika sedang pesta/gathering atau selama makan atau pada waktu-waktu tertentu yang tidak pas. Bahkan 6% diantaranya menjadikan email kantor sebagai alasan untuk menghindari komitmen liburan atau rasa canggung dengan keluarga/teman.

Sumber: TechCrunch

Terlalu Eksis di Facebook Bisa Picu Stres?

Memiliki teman yang banyak di Facebook tidak selamanya menguntungkan bagi si pemilik akun. Hati-hati lho… Karena sebuah studi menemukan bahwa seseorang yang populer di Facebook malah rentan merasakan stres dibanding mereka yang tidak terlalu tenar. Mengapa demikian?

Sebuah tim di Edinburgh Napier University mengumpulkan hasil survey online dari 175 pelajar mengenai perasaan mereka terkait penggunaan Facebook. Dari responden yang diteliti, tiga perempatnya adalah wanita.

Survey tersebut menghasilkan data bahwa mereka yang eksis di Facebook alias memiliki teman terbanyak dan menghabiskan waktu paling lama di Facebook, adalah mereka yang paling dekat dengan kata stres. Gambaran berikut mungkin menjelaskan alasan kenapa demikian.

Dikatakan oleh ketua tim Dr. Kathy Charles, penggunaan Facebook bagaikan saluran berita mini tentang diri penggunanya sendiri. Semakin banyak orang maka kamu semakin merasa bahwa di luar sana ada pemirsa. Kamu seolah-olah menjadi artis dan semakin besar pemirsamu maka tekanan untuk menghasilkan sesuatu tentang dirimu sendiri akan makin kuat.

Sebanyak 12% dari responden mengatakan mereka merasa gelisah. Responden-responden tersebut memiliki rata-rata 117 teman, sedang responden sisanya hanya memiliki rata-rata 75 teman. Kegelisahan juga muncul saat mereka ingin berhenti dari Facebook karena adanya ketakutan akan kehilangan informasi sosial atau takut dibilang menyinggung temannya. Seperti gambling, Facebook ‘membelenggu’ penggunanya dalam neurotic limbo, tidak tahu menahu apakah mereka berada di sana hanya sekedar untuk tidak ketinggalan sesuatu yang bagus.

Meski begitu, hasil studi di atas diragukan oleh sejumlah ahli. Eleanor Barlow, seorang pakar cyberpsychology di IBM mengatakan temuan tersebut memang menarik namun tidak seharusnya diimplikasikan ke populasi Facebook yang lebih luas. Hal ini dikarenakan para pelajar memakai Facebook dengan cara yang berbeda-beda.

Sumber: Telegraph