Jumat, 26 Oktober 2012

Tempayan Retak






Seorang Ibu di Cina yg sudah tua memiliki 2 buah tempayan yang digunakan untuk mencari air, yang dipikul di pundak dengan menggunakan sebatang bambu.

Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yang satunya tanpa cela dan selalu memuat air hingga penuh.

Setibanya di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal 1/2. Selama 2 tahun hal ini berlangsung setiap 
hari, dimana ibu itu membawa pulang air hanya 1- 1/2 tempayan.

Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya. Namun tempayan yang retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih, sebab hanya bisa memenuhi 1/2 dr kewajibannya.

Tempayan Retak

Setelah 2 tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua itu di dekat sungai. “Aku malu, sebab Air selalu bocor melalui bagian tubuhku yang retak di sepanjang jalan menuju ke rumahmu.”

Ibu itu tersenyum, “Tidakkah kau lihat bunga beraneka warna di jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yg satunya?

Aku sudah tahu kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dlm perjalanan pulang kau menyirami benih2 itu. Selama 2 tahun aku bisa memetik bunga-bunga cantik untuk menghias meja.

Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak seindah ini, sebab tidak ada bunga.” Kita semua mempunyai kekurangan masing-masing, namun keretakan dan kekurangan itulah yangg menjadikan hidup kita bersama menyenangkan dan memuaskan.
Tempayan Retak

Kita harus menerima setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalam diri mereka. Rekan-rekan sesama tempayan yang retak, semoga hari kalian menyenangkan. Jangan lupa mencium wanginya bunga-bunga di jalur kalian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar